Tak terasa 5 hari sudah ibuku
dirawat di Rumah Sakit Majalengka, Jawa Barat. Sama sekali tak ada perubahan
yang berarti. Ibuku tetap tergolek lemah, koma. Saat itu jum’at, 5 Januari
2012, sehabis istirahat sore, aku dikagetkan dengan suara saudaraku. Dia
meminta persetujuanku untuk tindakan medis yang akan dilakukan untuk ibuku. Aku
tercekat dan berontak.. Rasanya aku tak sanggup lagi menahan rasa hati ini.
Ingin ku berontak terhadap semua tindakan medis yang dilakukan. Dalam keadaan
kaki dan tangan yang sudah bengkak-bengkak, ibuku akan diambil darah dengan
alasan untuk melihat kadar zat tertentu dalam tubuh ibuku. Akupun berontak, “
Suster, coba lihat kaki ibu saya.. kaki yang yang telah membengkak dan biru2.
Mau diapakan lagi ibu saya? Kenapa tidak dari awal dilakukan pemeriksaan
lengkap? Kenapa?” ujarku histeris, sambil berurai air mata..
“Maaf Bu, saya hanya menjalankan
perintah medis dari dokter”, ujarnya enteng.
Ibuku dirawat di Rumah Sakit bukanlah
yang pertama. Ini adalah masuk Rumah Sakit yang ke 5 sejak ibuku divonis dokter
menderita anemia hemolitik, sejak serangan pertama terjadi pada bulan November 2011 . Namun inilah
pertama kali ibuku di rawat di RS ini. Unuk pindah RS pun, sangat tidak
memungkinkan, karena kondisi ibuku yang sangat kritis.. Dan dokter pun tak
mengijinkan kami pindah dalam kondisi seperti ini..
“ Suster, toloong sekali, mulai
saat ini, saya tidak akan membiarkan suster mengambil darah ibu saya lagi.. Dan
tidak boleh satu obat pun masuk ke dalam tubuh ibu saya lagi”, ujarku sambil
terus terisak.
Suster dan perawat itu pun tak
berani meneruskan tindakannya.
“ Baiklah Bu, saya akan
melaksanakan semua yang ibu bilang.. Nanti saya akan berdiskusi dengan dokter”,
sahut suster.
Setelah kejadian itu, aku tercenung,
memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya. Hatiku rasanya tak
menginginkaan ibuku diberi obat lagi. Bagaimana tidak? Ibuku sakit karena
keracunan obat. Sekarang dengan aku memberikan ijin untuk memberikan obat lagi,
berarti aku menambah racun ibuku. Ditambah, kondisi ibuku yang semakin drop, tak ada perkembangan
sama sekali. Semua anggota badan membengkak, hasil lab yang semakin memburuk,
dan pemberian obat yang kurasa tak meyakinkan. Pun kumerasa , ibuku selalu resah
dan gelisah..
Setelah ku berunding dengan semua
anggota keluarga besarku, akhirnya kuputuskan untuk merawat ibu tanpa obat
lagi. Kupasrahkan semua ini pada Illahi..Aku harus segera memilih dan memutuskan
tindakan apa yang harus kuambil.. meneruskan pengobatan di Rumah Sakit dengan
pemberian obat terus menerus, atau aku harus merawat sendiri ibu tanpa obat. Rencananya,
kami akan meminjam ruang perawatan dengan tindakan medis hanya pemberian
oksigen , infus dan pemberian makan/minum. Untuk merealisasikan rasil rapat
keluarga besarku, aku pun harus berkoordinasi dengan dokter yang merawat ibuku.
Semoga dokter bisa mengerti alasan kami. Kebetulan hari itu udah sore, dan
dokter tak mungkin datang kembali untuk memeriksa, akhirnya disepakati kalau kami
bisa diskusi, besok Sabtu.
Akhirnya waktu yang dinanti pun
tiba. Hari itu Sabtu, tanggal 7 Januari 2012 jam 14.00 WIB. Setelah memeriksa
semua pasiennya, dokterpun memanggil kami untuk berkonsultasi.
Dengan ramah dokter pun
mempersilakan kami masuk. Aku bersama saudara sepupuku masuk ke ruang perawat
VIP. Sebelum bertemu dengan dokter, aku telah mempersiapkan mentalku. Aku hanya
berdoa dan berharap supaya Allah memberikan kekuatan padaku untuk mengemukakan
semua ganjalan di hatiku.
Awal pembicaraan kami lumayan berjalan
tenang dan ramah. Ku kemukakan semua yang ada dalam otak ku, semua yang
mengganjal di hatiku.. Keadaan ibuku yang semakin drop, ibuku yang belum sadar
juga sampai hari ke 5, pemberian obat-obat an yang selalu berubah-ubah,
kemungkinan2 kesembuhan ibuku, dan permohonan perawatan sendiri tanpa obat tetapi
tetap di ruangan. Entah mengapa, dokter sepertinya tidak suka dengan semua ganjalan
di hatiku ini. Dia merasa kami tak mempercayai tindakannya. Dia malah marah ,
menyalahkan dan memojokkan kami karena keterlambatan tindakan pertolongan
pertama. Dia menjelaskan berulang2
kepada kami bahwa ibuku saat kejadian sedang mengalami hypo.., dimana saat itu
kadar gula turun. Kadar gula turun, bila dalam kurun waktu 1,5 sd 2 jam tak
segera di tindaklanjuti, maka dia akan membuat sel2 syaraf ttt mati. Aku
sungguh tak suka dengan cara dokter yang menyalahkan anggota keluarga kami
terus menerus. Mana keluarga kami tau kalau saat itu ibuku sedang mengalami
gula darah yang ngedrop? Kami datang ke Rumah Sakit ini justru untuk meminta
pertolongan medis terhadap ibuku. Kamipun telah melakukan semua yang dokter
bilang.. Dalam keadaan koma, kami membiarkan ibuku dibawa ke RS Medika Cirebon,
untuk melakukan tindakan CT Scan. Walaupun saat itu, segudang pertanyaan ada di
benakku.. Terus obat-obat apa saja yang selama ini diberikan untuk ibuku?
Obat-obatan yang harganya pun tidak main2. Saat itu sempat kutanyakan untuk apa
CT Scan itu? Alasannya supaya dapat diketahui dengan pasti, tindakan yang harus
dilakukan.
Untuk masalah pinjam ruangan
tanpa pemberian obat, dokter tidak mengijinkan dengan alasan semua pasien yang
ada di ruangan harus di bawah pengawasan seorang dokter dan pasien harus
mengikuti aturan itu. Jadi mau tidak mau pasien harus minum obat resep dokter.
Sementara, aku tak mungkin lagi memberikan obat-obatan lagi pada ibu yang
jelas-jelas sedang sakit karena keracunan obat. Atau, pasien dibawa pulang
sekalian tanpa satu pun alat dan obat.
Seusai diskusi dengan dokter ,
saat itu aku benar2 semakin mantap untuk melakukan perawatan sendiri, walaupun aku
benar-benar di bikin bingung. Bagaimana mungkin aku membawa ibuku pulang ke
rumah tanpa oksigen, tanpa selang infus na selang makanan? Bagiku, itu sama
saja memotong kehidupan ibuku. Aku yakin seyakin2 nya, bila ibuku sudah saatnya
menghadap Illahi, maka semua tindakan medis akan berhenti dengan sendirinya. Akhirnya dengan wajah
memelas dan memohon, ibu kepala ruangan RS mau membantu mencari solusi untukku.
Dia membantu mencari tabung oksigen dan pengadaan infusnya. Dan kami pun
mencari orang medis yang bisa mengontrol keadaan ibuku di rumah.
Alhamdulillah..dengan pertolongan
Allah, subhanalloh kami mendapat semua yang harus dipenuhi bila akan dirawat
sendiri. Tabung oksigen , pengadaan infus dan orang medisnya. Setelah semua nya
beres, akhirnya kami pun segera menyelesaikan administrasinya. Karena saat itu
sabtu dan sudah sore, dan bagian administrasi telah tutup, akhirnya kami bisa
meninggalkan RS sebelum administrasi selesai. Akupun segera meninggalkan KTP
sebagai jaminan. Alhamdulillah pihak rumah sakit sangat percaya pada kami.
Walaupun administrasi belum kelar, kami diperbolehkan pulang. Lagipula bukan
salah kami kan? Kenapa tangihan rumah sakitnya belum selesai.
Aku hanya berharap, tindakanku
untuk membawa ibu pulang, adalah tindakan yang terbaik. Walaupun tidak akan
menjadikan ibuku sembuh, tapi minimal aku memberikan ketenangan dan
menghilangkan kegelisahan ibuku. Daripada aku harus menyaksikan ibuku yang
selalu gelisah, kondisi badan yang memburuk. Hanya ada 2 doa untuk ibuku saat
ini.. Allah memberikan mukjizat untuk kesembuhan ibuku atau memberikan yang
terbaik buat ibuku..
Majalengka, 9 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar