Sabtu, 14 Desember 2013

Saat Kuharus Memutuskan



Tak terasa 5 hari sudah ibuku dirawat di Rumah Sakit Majalengka, Jawa Barat. Sama sekali tak ada perubahan yang berarti. Ibuku tetap tergolek lemah, koma. Saat itu jum’at, 5 Januari 2012, sehabis istirahat sore, aku dikagetkan dengan suara saudaraku. Dia meminta persetujuanku untuk tindakan medis yang akan dilakukan untuk ibuku. Aku tercekat dan berontak.. Rasanya aku tak sanggup lagi menahan rasa hati ini. Ingin ku berontak terhadap semua tindakan medis yang dilakukan. Dalam keadaan kaki dan tangan yang sudah bengkak-bengkak, ibuku akan diambil darah dengan alasan untuk melihat kadar zat tertentu dalam tubuh ibuku. Akupun berontak, “ Suster, coba lihat kaki ibu saya.. kaki yang yang telah membengkak dan biru2. Mau diapakan lagi ibu saya? Kenapa tidak dari awal dilakukan pemeriksaan lengkap? Kenapa?” ujarku histeris, sambil berurai air mata..

“Maaf Bu, saya hanya menjalankan perintah medis dari dokter”, ujarnya enteng.

Ibuku dirawat di Rumah Sakit bukanlah yang pertama. Ini adalah masuk Rumah Sakit yang ke 5 sejak ibuku divonis dokter menderita anemia hemolitik, sejak serangan pertama terjadi  pada bulan November 2011 . Namun inilah pertama kali ibuku di rawat di RS ini. Unuk pindah RS pun, sangat tidak memungkinkan, karena kondisi ibuku yang sangat kritis.. Dan dokter pun tak mengijinkan kami pindah dalam kondisi seperti ini..

“ Suster, toloong sekali, mulai saat ini, saya tidak akan membiarkan suster mengambil darah ibu saya lagi.. Dan tidak boleh satu obat pun masuk ke dalam tubuh ibu saya lagi”, ujarku sambil terus terisak.

Suster dan perawat itu pun tak berani meneruskan tindakannya.

“ Baiklah Bu, saya akan melaksanakan semua yang ibu bilang.. Nanti saya akan berdiskusi dengan dokter”, sahut suster.

Setelah kejadian itu, aku tercenung, memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya. Hatiku rasanya tak menginginkaan ibuku diberi obat lagi. Bagaimana tidak? Ibuku sakit karena keracunan obat. Sekarang dengan aku memberikan ijin untuk memberikan obat lagi, berarti aku menambah racun ibuku. Ditambah, kondisi  ibuku yang semakin drop, tak ada perkembangan sama sekali. Semua anggota badan membengkak, hasil lab yang semakin memburuk, dan pemberian obat yang kurasa tak meyakinkan. Pun kumerasa , ibuku selalu resah dan gelisah..

Setelah ku berunding dengan semua anggota keluarga besarku, akhirnya kuputuskan untuk merawat ibu tanpa obat lagi. Kupasrahkan semua ini pada Illahi..Aku harus segera memilih dan memutuskan tindakan apa yang harus kuambil.. meneruskan pengobatan di Rumah Sakit dengan pemberian obat terus menerus, atau aku harus merawat sendiri ibu tanpa obat. Rencananya, kami akan meminjam ruang perawatan dengan tindakan medis hanya pemberian oksigen , infus dan pemberian makan/minum. Untuk merealisasikan rasil rapat keluarga besarku, aku pun harus berkoordinasi dengan dokter yang merawat ibuku. Semoga dokter bisa mengerti alasan kami. Kebetulan hari itu udah sore, dan dokter tak mungkin datang kembali untuk memeriksa, akhirnya disepakati kalau kami bisa diskusi, besok Sabtu.

Akhirnya waktu yang dinanti pun tiba. Hari itu Sabtu, tanggal 7 Januari 2012 jam 14.00 WIB. Setelah memeriksa semua pasiennya, dokterpun memanggil kami untuk berkonsultasi.

Dengan ramah dokter pun mempersilakan kami masuk. Aku bersama saudara sepupuku masuk ke ruang perawat VIP. Sebelum bertemu dengan dokter, aku telah mempersiapkan mentalku. Aku hanya berdoa dan berharap supaya Allah memberikan kekuatan padaku untuk mengemukakan semua ganjalan di hatiku.

Awal pembicaraan kami lumayan berjalan tenang dan ramah. Ku kemukakan semua yang ada dalam otak ku, semua yang mengganjal di hatiku.. Keadaan ibuku yang semakin drop, ibuku yang belum sadar juga sampai hari ke 5, pemberian obat-obat an yang selalu berubah-ubah, kemungkinan2 kesembuhan ibuku, dan permohonan perawatan sendiri tanpa obat tetapi tetap di ruangan. Entah mengapa, dokter sepertinya tidak suka dengan semua ganjalan di hatiku ini. Dia merasa kami tak mempercayai tindakannya. Dia malah marah , menyalahkan dan memojokkan kami karena keterlambatan tindakan pertolongan pertama.  Dia menjelaskan berulang2 kepada kami bahwa ibuku saat kejadian sedang mengalami hypo.., dimana saat itu kadar gula turun. Kadar gula turun, bila dalam kurun waktu 1,5 sd 2 jam tak segera di tindaklanjuti, maka dia akan membuat sel2 syaraf ttt mati. Aku sungguh tak suka dengan cara dokter yang menyalahkan anggota keluarga kami terus menerus. Mana keluarga kami tau kalau saat itu ibuku sedang mengalami gula darah yang ngedrop? Kami datang ke Rumah Sakit ini justru untuk meminta pertolongan medis terhadap ibuku. Kamipun telah melakukan semua yang dokter bilang.. Dalam keadaan koma, kami membiarkan ibuku dibawa ke RS Medika Cirebon, untuk melakukan tindakan CT Scan. Walaupun saat itu, segudang pertanyaan ada di benakku.. Terus obat-obat apa saja yang selama ini diberikan untuk ibuku? Obat-obatan yang harganya pun tidak main2. Saat itu sempat kutanyakan untuk apa CT Scan itu? Alasannya supaya dapat diketahui dengan pasti, tindakan yang harus dilakukan.

Untuk masalah pinjam ruangan tanpa pemberian obat, dokter tidak mengijinkan dengan alasan semua pasien yang ada di ruangan harus di bawah pengawasan seorang dokter dan pasien harus mengikuti aturan itu. Jadi mau tidak mau pasien harus minum obat resep dokter. Sementara, aku tak mungkin lagi memberikan obat-obatan lagi pada ibu yang jelas-jelas sedang sakit karena keracunan obat. Atau, pasien dibawa pulang sekalian tanpa satu pun alat dan obat.

Seusai diskusi dengan dokter , saat itu aku benar2 semakin mantap untuk melakukan perawatan sendiri, walaupun aku benar-benar di bikin bingung. Bagaimana mungkin aku membawa ibuku pulang ke rumah tanpa oksigen, tanpa selang infus na selang makanan? Bagiku, itu sama saja memotong kehidupan ibuku. Aku yakin seyakin2 nya, bila ibuku sudah saatnya menghadap Illahi, maka semua tindakan medis akan berhenti  dengan sendirinya. Akhirnya dengan wajah memelas dan memohon, ibu kepala ruangan RS mau membantu mencari solusi untukku. Dia membantu mencari tabung oksigen dan pengadaan infusnya. Dan kami pun mencari orang medis yang bisa mengontrol keadaan ibuku di rumah.

Alhamdulillah..dengan pertolongan Allah, subhanalloh kami mendapat semua yang harus dipenuhi bila akan dirawat sendiri. Tabung oksigen , pengadaan infus dan orang medisnya. Setelah semua nya beres, akhirnya kami pun segera menyelesaikan administrasinya. Karena saat itu sabtu dan sudah sore, dan bagian administrasi telah tutup, akhirnya kami bisa meninggalkan RS sebelum administrasi selesai. Akupun segera meninggalkan KTP sebagai jaminan. Alhamdulillah pihak rumah sakit sangat percaya pada kami. Walaupun administrasi belum kelar, kami diperbolehkan pulang. Lagipula bukan salah kami kan? Kenapa tangihan rumah sakitnya belum selesai.

Aku hanya berharap, tindakanku untuk membawa ibu pulang, adalah tindakan yang terbaik. Walaupun tidak akan menjadikan ibuku sembuh, tapi minimal aku memberikan ketenangan dan menghilangkan kegelisahan ibuku. Daripada aku harus menyaksikan ibuku yang selalu gelisah, kondisi badan yang memburuk. Hanya ada 2 doa untuk ibuku saat ini.. Allah memberikan mukjizat untuk kesembuhan ibuku atau memberikan yang terbaik buat ibuku..


Majalengka, 9 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar