Sabtu, 14 Desember 2013

Operasiku di Belanda (II)


Tak terasa, akhirnya waktu itupun tiba.  Saat itu hari Senin, 08 April 2013. Aku bangun jam 05 pagi waktu setempat. Setelah menyiapkan segala sesuatu untuk si gadisku yang akan kembali ke asrama, menyiapkan bekal si bungsu dan menyiapkan sarapan untuk suamiku tercinta, akupun segera bergegas  mempersiapkan diri. Rencananya jam 08. 15 aku harus operasi. Dan satu jam sebelumnya, aku harus sudah berada di RS. Sembari menungguku siap, suamiku mengantarkan anak gadisku ke halte Ouderkerkerlan untuk naek bis 300 menuju Schiphol.  Akhirnya tepat jam 7 pagi , kami bertiga segera bergegas ke RS. Aku, suamiku dan anak lelakiku. Aku sengaja ke RS dulu karena kupikir, kita tidak boleh terlambat dengan jadwal operasi ini. Setelah semuanya beres secara administrasi di bagian ruangan dll, suamiku segera bergegas mengantar Azka ke temanku untuk dititipkan saat waktu sekolah tiba. Kebetulan anakku masuk sekolah jam 08.30 pagi, sementara aku operasi jam 8.15. maka untuk tidak mengganggu jadwal sekolah azka, kami pun antisipasi untuk menitipan dia ke temenku. Kebetulan jarak rumah temanku dan sekolah anakku itu dekat , sekitar 10 menitan.
                Aku kebagian kamar no. 5 lantai 1 ( Unit Day Care). Ruangan itu luasnya kurang lebih sekitar 5 x5 meter, dengan 4 tempat tidur yang lumayan besar. Masing2 tempat tidur itu dibatasi tirai plastic dan TV diatas. Ruangan itu sangat bersih. Saat kumasuk, telah ada 3 orang pasien yang akan operasi juga. Aku menyapa ketiga pasien tersebut sambil berkata “Goede morgen/selamat pagi”. Perawatpun segera menghampiriku setelah kumenunggu beberapa saat di ruangan. Seperti biasa, wawancara awal  sambil melihat resume /catatan RS ku di Belanda dengan disertai tanya jawab ringan. Pertanyaan standar yang tercantum di resume itu. Kemudian dia mengecek tensi darahku. Alhamdulillah tensiku saat itu sedang bagus dengn 111/80. Lumayan lah..Kemudian dia menjelaskan segala sesuatu yang harus dipersiapkan saat akan operasi.  Termasuk kapan suamiku bisa menjemputku setelah operasi.
Setelah semuanya beres, akhirnya perawat itu segera meninggalkanku. Aku segera merapikan semua tas dan barang2ku. Layaknya seperti pergi ke hotel, aku langsung menyimpan barang2 itu di locker yang sudah dipersiapkan setelah memasukan koin 2 EURO. Setelah semuanya beres, aku segera memakai baju operasi yang yang telah disiapkan oleh RS. Sambil menunggu operasiku, aku ngobrol2 ringan dengan pasien yang ada di depanku. Dan tentunya sambil berdoa dan menenangkan diri.
Jam di dinding telah menunjukkan pukul 8.25, tapi belum ada panggilan juga. Aku terus menerus berdzikir supaya diberi ketenangan dan kelancaran lahir dan bathin dalam menghadapinya. Walaupun ini bukan merupakan operasi pertamaku, tapi tetep aku rada nervous. Apalagi kalau ingat mamah almarhum, aku selalu ingin menangis dan menjerit. Biasanya mamah yang selalu setia di sampingku, mendampingiku pasca operasi. Tapi kini aku sendiri, hanya bersama suamiku. Pikiranku melayang entah kemana. Kukuatkan hati ini dengan doa dan harap yang tak pernah putus. Bagiku, ini termasuk operasi besar juga, karena aku dibius secara total dan bagian kepalaku yang akan di utak-atik. Laa haula wala quwwata illa billah.. hanya doa yang bisa kupanjatkan. Hidup dan matiku kuserahkan pada pemilik alam semesta ini.. Aku ikhlas ya Robbi menghadapi semua ini..
Jam 8.40, akhirnya tiba giliranku, setelah 3 orang teman sekamarku duluan masuk ruang pesakitan. Ranjangku di dorong oleh 2 orang suster cantik ke sebuah lift. Suamiku tidak boleh masuk menemaniku. Aku hanya memohon doa dan restunya semoga semuanya lancar.  Doa dan kecup dari suamiku menguatkanku dan lebih meyakinkanku “insya allah aku bisa melewati semua ini”. Setelah melewati 2 buah pintu tersembunyi-istilahku-(karena hanya orang2 yang memegang kunci rahasia tertentu), aku berada dalam suatu ruangan tunggu yang panjang.  Dan salah satu sisi tembok panjang ini, terdapat sekat2 untuk para pasien sepertiku. Ada yang sedang tertidur pulas-mungkin habis oerasi, ada pula yang seperti aku, menunggu waktu operasi.  Di ruangan ini pun, seorang suster cantik mendekatiku dan wawancara ringan pula seperti di ruangan 5 tadi. Setelah cek dan ricek bersama bagian dokter yang merawatku, dia segera melakukan tindakan medis. Aku dipasang selang infus. Dan dibagian dada kiri dan kananku serta di bagian samping kiri punggungku, diberi sesuatu, seperti plester. Katanya alat penghubung saat di ruangan operasi nanti. Dan bagian perutku, diberi 2 selimut hangat. Aku nggak nanya banyak untuk apa selimut itu. Mungkin untuk menjaga kestabilan suhu tubuhku saat di ruangan operasi.
Tepat pukul 9. 10, aku di bawa ke ruang operasi. Di sana telah menanti 4 orang suster yang ramah2 dan tersenyum padaku. Serta dua orang dokter yaitu dokter bedah dan dokter THT yang merawatku. Aku dikelilingi 6 orang itu sambil mempersiapkan segala sesuatunya untuk operasiku. Aku harus pindah ke tempat tidur kecil, lebih lebar sedikit dari tubuhku. Kemudian aku dipasang selang di 3 plester tadi. Kemuadian dokter THT yang merawatku menanyakan pertanyaan standard dalam bahasa inggris. “siapa namaku, darimana asalku dan bahasa apa yang digunakan di negaraku”. Walaupun nggak jelas juga nih pertanyaan hehe.. Apa hubungannya dengan operasiku pertanyaan2 ini? Tau ah gelap.. EGP..
Alhamdulillah aku berada dalam keadaan suci (dlm keadaan berwudhu) untuk operasi ini. Setelah semuany siap, aku berdoa sejenak, kemudian salah seorang anetesi itu memberikan sebuah kap yang dipasang di mulut. Aku harus menghirupnya dalam2.  Pelan tapi pasti, mataku berkunang2 dan akhirnya blas, aku nggak sadarkan diri.
Jam 10.10, aku baru tersadar telah berada di ruangan pemulihan operasi. Aku hanya bisa melihat dari ujung mataku. Tapi aku sama sekali nggak bisa berkata apa2. Aku ngantuk sekali. Berat sekali mataku untuk ku buka, bahkan saat ku mau berucap sepatah katapun, rasanya tak sanggup. Sampai akhirnya pukul 10. 30, suster di ruangan pemulihan ini, menepuk pipi sebelah kiriku dengan keras. “ Mevrow Neng Tikasari Mahdi, please wake up..please wake up..”, dia setengah berteriak. Aku hanya bisa berkata “ I am sleepy’, entahlah kalau di luarnya aku ngomong apa.  Tepat jam 11, aku segera dipindahkan ke kamar semula aku datang. Di sana 3 orang teman sekamarkunpun telah kembali dari ruangan operasinya. Mereka hanya memandangiku. Rasa kantukku yang sangat luar biasa, karena pengaruh obat biusku ini, menjadikanku tertidur lagi. Dan subhanalph, semua suster2 yang ada di ruangan ini sama sekali tak berusaha membangunkanku. Aku terjaga jam 1.30 siang, tapi karena masih sangat berat mata ini untuk ku buka, akhirnya akupun tertidur kembali. Barulah puku 3.30 sore, aku benar2 bisa membuka mataku. Ku tengok ke depan dan ke kanan. Rupanya, 2 teman di depanku telah pulang. Tinggal yang sebelah kananku. Ternyata tidurku sangat lelap. Terus aku bertanya pada suster yang menjagaku, “where is my husband?”, dia menjawab akan segera menelpon suamiku jika kamu benar2 sudah sadar dan boleh membawaku pulang. Dia tidak akan memperbolehkanku pulang sebelum aku pergi ke toilet? Koq bisa ya? Ya aku positive thinking aja, mungkin dengan bisanya kita berjalan ke arah toilet, berarti kita benar2 telah pulih. Satu sisi aku pengen segera pulang, tapi di lain sisi , aku pun harus menuruti maksud mereka. Aku nggak mau bohong. Karena emang aku belum mau ke toilet, ya aku masih di tahan. Sambil menunggu aku supaya ke toilet, aku di tawarin makan roti. Akupun diberi 2 roti tawar brown with butter dan 2 helai keju. Aku hanya bisa makan separonya. Alhamdulillah.. Sebenarnya paling enak kalau ditawarin bubur ayam dan telor rebur sih.. Tapi ini kan belanda bo, yang mana makanan utamanya adalah roti.. Ya sudahlah, aku nggak boleh menuntut banyak hehe. Setelah aku menghabiskan makanan itu, aku pun rasanya pengen pulang ya.. Aku pun segera bilang ke suster , bahwa aku pengen ke toilet. Setelah aku ke toilet, beneran loh asli itu suster langsung menelpon suamiku untuk menjemputku.  Suster itu menelpon suamiku pukul 4 sore. Dan suamiku kebetulan baru jemput azka dari sekolah dan mempersiapkan makan siangnya. Sambil menunggu suamiku datang, aku mengobrol dengan para suster atau pun yang orang yang bersih2 di RS itu. Mereka sangat ramah. Aku sangat suka mereka. Mereka menemaniku mengobrol. Sayang aku nggak bisa mengabadikan mereka dengan foto karena kunci lockerku ada di suamiku.
Saat yang dinantipun tiba. Suamiku datang jam 4.30 sore. Aku segera bergegas merapikan diri. Layaknya seperti seseorang yang bukan habis operasi, aku dandan full seperti serdadu dengan jaket dan pakaian kebesaranku untuk musim winter . Selamat tinggal RS Amstelveen. Terima kasih atas segalanya untuk kalian. Walaupun kalian sangat hangat dan membuatku nyaman, tapi aku tetap berharap dan berdoa, semoga ini operasiku yang terakhir dalam hidupku. Aamiin YRA…
Semoga  Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat , hidayah dan kesehatan buatku dan keluargaku selamanya.. Aamiin YRA…



Amstelveen, 9 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar