Tak terasa, akhirnya waktu itupun tiba. Saat itu hari Senin, 08 April 2013. Aku
bangun jam 05 pagi waktu setempat. Setelah menyiapkan segala sesuatu untuk si
gadisku yang akan kembali ke asrama, menyiapkan bekal si bungsu dan menyiapkan
sarapan untuk suamiku tercinta, akupun segera bergegas mempersiapkan diri. Rencananya jam 08. 15 aku
harus operasi. Dan satu jam sebelumnya, aku harus sudah berada di RS. Sembari
menungguku siap, suamiku mengantarkan anak gadisku ke halte Ouderkerkerlan
untuk naek bis 300 menuju Schiphol.
Akhirnya tepat jam 7 pagi , kami bertiga segera bergegas ke RS.
Aku, suamiku dan anak lelakiku. Aku sengaja ke RS dulu karena kupikir, kita
tidak boleh terlambat dengan jadwal operasi ini. Setelah semuanya beres secara
administrasi di bagian ruangan dll, suamiku segera bergegas mengantar Azka ke
temanku untuk dititipkan saat waktu sekolah tiba. Kebetulan anakku masuk sekolah
jam 08.30 pagi, sementara aku operasi jam 8.15. maka untuk tidak mengganggu jadwal
sekolah azka, kami pun antisipasi untuk menitipan dia ke temenku. Kebetulan
jarak rumah temanku dan sekolah anakku itu dekat , sekitar 10 menitan.
Aku kebagian kamar no. 5 lantai 1 ( Unit Day Care). Ruangan itu luasnya kurang lebih sekitar 5 x5 meter, dengan 4 tempat tidur yang lumayan besar. Masing2 tempat tidur itu dibatasi tirai plastic dan TV diatas. Ruangan itu sangat bersih. Saat kumasuk, telah ada 3 orang pasien yang akan operasi juga. Aku menyapa ketiga pasien tersebut sambil berkata “Goede morgen/selamat pagi”. Perawatpun segera menghampiriku setelah kumenunggu beberapa saat di ruangan. Seperti biasa, wawancara awal sambil melihat resume /catatan RS ku di Belanda dengan disertai tanya jawab ringan. Pertanyaan standar yang tercantum di resume itu. Kemudian dia mengecek tensi darahku. Alhamdulillah tensiku saat itu sedang bagus dengn 111/80. Lumayan lah..Kemudian dia menjelaskan segala sesuatu yang harus dipersiapkan saat akan operasi. Termasuk kapan suamiku bisa menjemputku setelah operasi.
Setelah semuanya beres, akhirnya perawat itu segera meninggalkanku. Aku segera merapikan semua tas dan barang2ku. Layaknya seperti pergi ke hotel, aku langsung menyimpan barang2 itu di locker yang sudah dipersiapkan setelah memasukan koin 2 EURO. Setelah semuanya beres, aku segera memakai baju operasi yang yang telah disiapkan oleh RS. Sambil menunggu operasiku, aku ngobrol2 ringan dengan pasien yang ada di depanku. Dan tentunya sambil berdoa dan menenangkan diri.
Aku kebagian kamar no. 5 lantai 1 ( Unit Day Care). Ruangan itu luasnya kurang lebih sekitar 5 x5 meter, dengan 4 tempat tidur yang lumayan besar. Masing2 tempat tidur itu dibatasi tirai plastic dan TV diatas. Ruangan itu sangat bersih. Saat kumasuk, telah ada 3 orang pasien yang akan operasi juga. Aku menyapa ketiga pasien tersebut sambil berkata “Goede morgen/selamat pagi”. Perawatpun segera menghampiriku setelah kumenunggu beberapa saat di ruangan. Seperti biasa, wawancara awal sambil melihat resume /catatan RS ku di Belanda dengan disertai tanya jawab ringan. Pertanyaan standar yang tercantum di resume itu. Kemudian dia mengecek tensi darahku. Alhamdulillah tensiku saat itu sedang bagus dengn 111/80. Lumayan lah..Kemudian dia menjelaskan segala sesuatu yang harus dipersiapkan saat akan operasi. Termasuk kapan suamiku bisa menjemputku setelah operasi.
Setelah semuanya beres, akhirnya perawat itu segera meninggalkanku. Aku segera merapikan semua tas dan barang2ku. Layaknya seperti pergi ke hotel, aku langsung menyimpan barang2 itu di locker yang sudah dipersiapkan setelah memasukan koin 2 EURO. Setelah semuanya beres, aku segera memakai baju operasi yang yang telah disiapkan oleh RS. Sambil menunggu operasiku, aku ngobrol2 ringan dengan pasien yang ada di depanku. Dan tentunya sambil berdoa dan menenangkan diri.
Jam di dinding telah menunjukkan pukul 8.25, tapi belum ada
panggilan juga. Aku terus menerus berdzikir supaya diberi ketenangan dan
kelancaran lahir dan bathin dalam menghadapinya. Walaupun ini bukan merupakan
operasi pertamaku, tapi tetep aku rada nervous. Apalagi kalau ingat mamah
almarhum, aku selalu ingin menangis dan menjerit. Biasanya mamah yang selalu
setia di sampingku, mendampingiku pasca operasi. Tapi kini aku sendiri, hanya
bersama suamiku. Pikiranku melayang entah kemana. Kukuatkan hati ini dengan doa
dan harap yang tak pernah putus. Bagiku, ini termasuk operasi besar juga,
karena aku dibius secara total dan bagian kepalaku yang akan di utak-atik. Laa
haula wala quwwata illa billah.. hanya doa yang bisa kupanjatkan. Hidup dan
matiku kuserahkan pada pemilik alam semesta ini.. Aku ikhlas ya Robbi menghadapi semua ini..
Jam 8.40, akhirnya tiba giliranku, setelah 3 orang teman
sekamarku duluan masuk ruang pesakitan. Ranjangku di dorong oleh 2 orang suster
cantik ke sebuah lift. Suamiku tidak boleh masuk menemaniku. Aku hanya memohon doa
dan restunya semoga semuanya lancar. Doa
dan kecup dari suamiku menguatkanku dan lebih meyakinkanku “insya allah aku
bisa melewati semua ini”. Setelah melewati 2 buah pintu
tersembunyi-istilahku-(karena hanya orang2 yang memegang kunci rahasia tertentu),
aku berada dalam suatu ruangan tunggu yang panjang. Dan salah satu sisi tembok panjang ini,
terdapat sekat2 untuk para pasien sepertiku. Ada yang sedang tertidur
pulas-mungkin habis oerasi, ada pula yang seperti aku, menunggu waktu
operasi. Di ruangan ini pun, seorang
suster cantik mendekatiku dan wawancara ringan pula seperti di ruangan 5 tadi.
Setelah cek dan ricek bersama bagian dokter yang merawatku, dia segera
melakukan tindakan medis. Aku dipasang selang infus. Dan dibagian dada kiri dan
kananku serta di bagian samping kiri punggungku, diberi sesuatu, seperti
plester. Katanya alat penghubung saat di ruangan operasi nanti. Dan bagian
perutku, diberi 2 selimut hangat. Aku nggak nanya banyak untuk apa selimut itu.
Mungkin untuk menjaga kestabilan suhu tubuhku saat di ruangan operasi.
Tepat pukul 9. 10, aku di bawa ke ruang operasi. Di sana
telah menanti 4 orang suster yang ramah2 dan tersenyum padaku. Serta dua orang
dokter yaitu dokter bedah dan dokter THT yang merawatku. Aku dikelilingi 6
orang itu sambil mempersiapkan segala sesuatunya untuk operasiku. Aku harus
pindah ke tempat tidur kecil, lebih lebar sedikit dari tubuhku. Kemudian aku
dipasang selang di 3 plester tadi. Kemuadian dokter THT yang merawatku
menanyakan pertanyaan standard dalam bahasa inggris. “siapa namaku, darimana
asalku dan bahasa apa yang digunakan di negaraku”. Walaupun nggak jelas juga
nih pertanyaan hehe.. Apa hubungannya dengan operasiku pertanyaan2 ini? Tau
ah gelap.. EGP..
Alhamdulillah aku berada dalam keadaan suci (dlm keadaan berwudhu) untuk operasi ini. Setelah semuany siap, aku berdoa sejenak, kemudian salah seorang anetesi itu memberikan sebuah kap yang dipasang di mulut. Aku harus menghirupnya dalam2. Pelan tapi pasti, mataku berkunang2 dan akhirnya blas, aku nggak sadarkan diri.
Alhamdulillah aku berada dalam keadaan suci (dlm keadaan berwudhu) untuk operasi ini. Setelah semuany siap, aku berdoa sejenak, kemudian salah seorang anetesi itu memberikan sebuah kap yang dipasang di mulut. Aku harus menghirupnya dalam2. Pelan tapi pasti, mataku berkunang2 dan akhirnya blas, aku nggak sadarkan diri.
Jam 10.10, aku baru tersadar telah berada di ruangan
pemulihan operasi. Aku hanya bisa melihat dari ujung mataku. Tapi aku sama
sekali nggak bisa berkata apa2. Aku ngantuk sekali. Berat sekali mataku untuk
ku buka, bahkan saat ku mau berucap sepatah katapun, rasanya tak sanggup.
Sampai akhirnya pukul 10. 30, suster di ruangan pemulihan ini, menepuk pipi
sebelah kiriku dengan keras. “ Mevrow Neng Tikasari Mahdi, please wake
up..please wake up..”, dia setengah berteriak. Aku hanya bisa berkata “ I am sleepy’,
entahlah kalau di luarnya aku ngomong apa. Tepat jam 11, aku segera dipindahkan ke kamar
semula aku datang. Di sana 3 orang teman sekamarkunpun telah kembali dari ruangan
operasinya. Mereka hanya memandangiku. Rasa kantukku yang sangat luar biasa,
karena pengaruh obat biusku ini, menjadikanku tertidur lagi. Dan subhanalph,
semua suster2 yang ada di ruangan ini sama sekali tak berusaha membangunkanku.
Aku terjaga jam 1.30 siang, tapi karena masih sangat berat mata ini untuk ku buka,
akhirnya akupun tertidur kembali. Barulah puku 3.30 sore, aku benar2 bisa
membuka mataku. Ku tengok ke depan dan ke kanan. Rupanya, 2 teman di depanku
telah pulang. Tinggal yang sebelah kananku. Ternyata tidurku sangat lelap.
Terus aku bertanya pada suster yang menjagaku, “where is my husband?”, dia
menjawab akan segera menelpon suamiku jika kamu benar2 sudah sadar dan boleh
membawaku pulang. Dia tidak akan memperbolehkanku pulang sebelum aku pergi ke
toilet? Koq bisa ya? Ya aku positive thinking aja, mungkin dengan bisanya kita
berjalan ke arah toilet, berarti kita benar2 telah pulih. Satu sisi aku pengen
segera pulang, tapi di lain sisi , aku pun harus menuruti maksud mereka. Aku
nggak mau bohong. Karena emang aku belum mau ke toilet, ya aku masih di tahan.
Sambil menunggu aku supaya ke toilet, aku di tawarin makan roti. Akupun diberi
2 roti tawar brown with butter dan 2 helai keju. Aku hanya bisa makan separonya.
Alhamdulillah.. Sebenarnya paling enak kalau ditawarin bubur ayam dan telor
rebur sih.. Tapi ini kan belanda bo, yang mana makanan utamanya adalah roti..
Ya sudahlah, aku nggak boleh menuntut banyak hehe. Setelah aku menghabiskan makanan
itu, aku pun rasanya pengen pulang ya.. Aku pun segera bilang ke suster , bahwa
aku pengen ke toilet. Setelah aku ke toilet, beneran loh asli itu suster
langsung menelpon suamiku untuk menjemputku.
Suster itu menelpon suamiku pukul 4 sore. Dan suamiku kebetulan baru
jemput azka dari sekolah dan mempersiapkan makan siangnya. Sambil menunggu
suamiku datang, aku mengobrol dengan para suster atau pun yang orang yang bersih2 di RS
itu. Mereka sangat ramah. Aku sangat suka mereka. Mereka menemaniku mengobrol.
Sayang aku nggak bisa mengabadikan mereka dengan foto karena kunci lockerku ada
di suamiku.
Saat yang dinantipun tiba. Suamiku datang jam 4.30 sore. Aku
segera bergegas merapikan diri. Layaknya seperti seseorang yang bukan habis
operasi, aku dandan full seperti serdadu dengan jaket dan pakaian kebesaranku
untuk musim winter . Selamat tinggal RS Amstelveen. Terima kasih atas segalanya
untuk kalian. Walaupun kalian sangat hangat dan membuatku nyaman, tapi aku
tetap berharap dan berdoa, semoga ini operasiku yang terakhir dalam hidupku.
Aamiin YRA…
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat , hidayah dan kesehatan buatku dan keluargaku selamanya.. Aamiin YRA…
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat , hidayah dan kesehatan buatku dan keluargaku selamanya.. Aamiin YRA…
Amstelveen,
9 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar