Hari ini adalah dua minggu sejak kepergiaanmu untuk selamanya Mah.. Aku tak bermaksud mengusikmu yang telah tenang disisi Nya. Aku hanya ingin membagi duka dan resahku yang selama ini ku pendam.. Maafin aku ya Mah.. Aku minta maaf bila ada yang tak berkenan dengan kegundahanku ini.
Masih ingat dalam ingatanku, saat
itu aku tiba di bandara Soeta hari Rabu, tanggal Januari 2011, setelah 14 jam lebih berada di
pesawat. Rasanya ku tak sanggup memendam gejolak di hatiku untuk segera bertemu
denganmu, Mah. Tiba di kota Majalengka, tempatku dibesarkan pukul 18.30. Aku
langsung menuju ke RSUD Majalengka, tempat mamahku dirawat. Tak sabar rasanya
hati ini.. Sesampai di area parkiran, saudara-saudaraku telah menyambutku
dengan rona wajah memelas. Kutak banyak bicara.Aku langsung menuju ruang
perawatan mamahku di Ruang Bougenville.
Hancur hatiku saat kudapati
mamahku terbaring tak berdaya di pembaringan RS. Semua anggota badan tersambung
dengan selang. Selang oksigen di hidung, selang makanan ke hidung, jarum
infusan di tangan kiri kanan, moxa di mulut ( alat untuk membantu mengeluarkan
dahak). Tangisku membuncah, menjerit dan menangis.. Mamah, maafin aku.. Seribu
kata kuucapkan dalam tangisku.. Aku yakin, walaupun mamah dalam keadaan tak berdaya
dan tak bergerak sama sekali, mamah tau kehadiran anak yang dirindukannya
beserta cucu-cucunya, yang sengaja datang untukmu Mah. Aku melihat ada aliran
air mata di sudut mata sebelah kiri, tempat ku peluk tubuh mamah. Kulepaskan
semua rindu di hatiku dalam kepiluan. Mamah, kenapa aku bertemu denganmu dalam
kondisi seperti ini? Kenapa kita bertemu saat kau tak bisa menyapaku dengan
manis? Memelukku dengan erat.. Mamah.., kenapa? Aku tak peduli dengan semua
tatapan orang-orang yang iba padaku, aku tak peduli.. karena mereka tak tau apa
yang kurasakan… Aku, anakmu yang paling kau sayang, anakmu yang paling kau
rindukan, kini telah datang di sisimu Mah..
Rasanya dua jam lebih aku
menangis.. Tangisku terhenti karena teman yang mengantarku hendak pamit pulang
ke Jakarta. Akhirnya akupun pulang sebentar ke rumahku di Munjul untuk berganti
baju dan membersihkan badan. Tak terasa, dua hari sudah kami tak mandi. Setelah
semuanya rapi dan bersih, akhirnya aku dan anak-anakku kembali ke rumah sakit.
Kami menginap di sana, menemani ibuku yang terbaring lemah. Tak lupa, sepanjang
waktu, kami berdzikir dan membaca qur an. Saat itu aku hanya berharap mukjizat
itu datang. Aku yakin, apapun yang terjadi, itu adalah yang terbaik untuk
mamahku.
Hari kedua saat di RS, aku dipanggil
ke ruangan dokter. Aku berdiskusi dan bertanya banyak tentang sakit mamahku.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan mamahku? Menurut penjelasan dokter, ibuku
diindikasikan terjadi pendarahan otak, disamping anemia hemolitik yang telah
diidapnya. Karena dalam kondisi ibuku saat itu, dengan HB 9,5, tensi darah
normal, degup jantung dll, ibuku seharusnya sudah sadar. Saat itu aku hanya
tercenung dan melongo.., karena aku bingung, kenapa ibuku dirawat oleh
spesialis saraf? Sementara ibuku selama ini bila di rawat di RS Hasan Sadikin
maupun RS Sentosa, ibuku ditangani oleh Spesialis darah dan penyakit dalam.
Namun saat itu aku tak protes, karena aku tau dengan kondisi terbatasnya
fasilitas di RS itu. Pun saat ibuku pertama masuk ke RS ini, aku telah diberitau,
bahwa saat itu ada 2 opsi dokter yang berbeda. Yang pertama, mamah harus dibawa
ke RS di Bandung, karena fasilitas di RS ini sangat terbatas. Sementara opsi
kedua, RS sanggup mengobati mamahku. Saat itu, karena keluarga kalut, akhirnya
mengambil opsi yang kedua. Pun karena kondisi mamahku sangat tidak memungkinkan
untuk dibawa ke Bandung atau ke Jakarta. Saat itu kami memang sudah pasrah,
tapi tetap mau berusaha . Apalagi papapku sudah pasrah, sebaiknya mamah dibawa
pulang saja. Namun aku tidak menyerah.. Aku hanya berharap, ada mukjizat untuk
mamah.. Saat itu, dokter menganjurkanku untuk membawa mamah untuk memastikan
pendarahan di kepalanya dengan CT Scan di RS Sentra Medika Cirebon.. Ya Allah
Ya Robbi, apa yang harus kulakukan? Mengikuti saran dokterkah? Membawa mamah,
yang dalam keadaan kritis ke Cirebon kemudian membawa pulang lagi ke RS
Majalengka.. Saat itu aku tak berdaya.. Aku hanya berdoa semoga Allah
memaafkanku.. Dalam keadaan seperti itu, mamah dibawa dengan ambulance ke
Cirebon. Saat itu aku tidak ikut menemani mamah, walaupun ada kekhawatiran
takut tak bertemu mamah lagi. Tapi kutenangkan hatiku, ku berdzikir pada Illahi
Robbi.. Kebetulan saat itu aku sama sekali belum tidur selama 3 hari. Mataku
rasanya sepet sekali.. Bagaimana mungkin aku bisa memejamkan mata, sementara
mamah dalam kondisi yang harus kutemani terus dengan dzikir? Aku tak mau
kehilangan mamah tanpa dzikir yang menemaninya. Aku selalu menitipkan kepada
saudara bila akan meninggalkan mamah walau hanya sekejap.
Akhirnya dengan iringan doa dan
airmata, kulepaskan mamah untuk CT Scan. Saat itu hari Kamis jam 2 siang. Aku
hanya berharap supaya mamah kuat dan dapat berkumpul lagi denganku di RS.
Selama mamah di perjalanan itulah, kusempatkan untuk beristirahat sejenak. Tak
terasa waktupun berlalu. Jam menunjukkan pukul 16.30, mamah selesai juga CT
Scan nya. Kebetulan hari itu, kami pindah ruangan ke VIP No 4 RSUD Majalengka,
karena ruang perawatan mamah akan segera di renovasi. Aku ingin mamah istirahat
dengan tenang tanpa ada suara2 gaduh pertukangan.. Alhamdulillah CT Scan mamah
berjalan dengan lancer..dan hasilnya pun langsung kuberikan kepada suster
ruangan. Rasanya aku tak sabar menanti berjumpa dengan dokter, karena hanya
beliau lah yang tau persis cara membacanya. Saat itu aku sebenarnya heran juga,
kenapa nggak ada diagnose kualitatif dari dokter radiologinya.
Hari yang dinanti tibalah. Hari
Jum at, tanggal Januari 2012, seperti biasa, pagi-pagi jam 10.00 dokter sudah
mengontrol mamahku. Saat itu aku bertanya, bagaimana hasil CT Scannya? Dan aku
sangat terkejut.. Ternyata hasil CT Scan nya bagus semua.. Apakah yang terjadi
Ya Robbi? Syaraf sebelah mana kah yang sebenarnya menimpa ibuku sehingga tak
sadarkan diri? Aku bingung.. Benar benar bingung.. Terus, obat apakah yang
selama ini dokter berikan? Yang katanya untuk pendarahan otak mamah? Pemberian
obat yang hanya berdasarkan perkiraan? Pemberian obat yang sama sekali tak
bedasarkan pemeriksaan yang lengkap..Allahu akbar.. Saat itu aku lunglai..
Apakah yang harus aku lakukan ya Allah? Pagi itu, saat mamah sedang di lap,
dimandikan, napas mamah sempat terhenti sejenak. Aku menangis histeris.. Ya
Allah..Tolonglah mamahku.. Janganlah kau berikan cobaan padanya, yang kutak
sanggup melihatnya. Dokter dan perawat saling berdatangan dan memberikan
bantuan degup jantung. Saat itu, saat dokter menekan dada mamah, mata mamah
sempat membuka sejenak. Mamah pun akhirnya bisa bernapas lagi dengan tenang. Namun
taklama kemudian, mamah sepertinya gelisah. Beliau memalingkan muka ke kiri
dank e kanan, seperti risih denga moxa yang menempel di hidungnya. Ditambah,
kedua tangan mamah bergerak2 menahan sakit di dada. Apakah ini reaksi obat?
Entah lah.. Staip hari dokter memberikan resep dokter yang harus kami tebus
untuk digunakan.. Dan tak tanggung tanggung, obat yang harus kami tebus
berkisar 2.5 juta lebih an.. Tak masalahobat mahal, asal ada perbaikan..
Sementara ini? Kondisi mamah semakin parah, semakin tak jelas. Badan mamah
malah bengkak-bengkak. Aku teringat BBM temanku yang menjelaskan kalau ibunya
sedang terbaring di RS karena gagal ginjal..dimana semua kaki dan tangannya
bengkak-bengkak. Apakah mamahku juga terganggu ginjalnya.. Kuperhatikan tubuh
renta itu.. Hatiku berkata..mamah sudah tak bisa menerima obat lagi.. Badan
mamah sudah tak kuat lagi..
Saat itu sore,hari yang sama, aku
meninggalkan ruangan karena perawat akan mengontrol mamah. Tiba-tiba aku
dikejutkan dengan suara saudaraku..,bahwa aku harus masuk ke ruangan.. Ada apa
lagi kah ya Allah? Rupanya itu perawat hanya meminta ijin dariku untuk
mengambil sample darah ibuku.. Aku menolak dan menangis histeris. Rasanya aku
tak rela ibuku harus dilukai lagi. Kukatakan pada mereka, buat apa pengambilan
darah lagi? Kenapa setiap hari harus diambil darahnya? Kenapa tidak sekalian
saat datang pertama kali ke RS ini? Kenappa?? Apakah mereka tidak bisa melihat
kondisi ibuku? Kondisi yang sangat tak berdaya? Kondisi dimana semua badan
mamahku semua sudah bengkak.. Aku menangis..namun akupun memohon maaf dengan
sikapku ini.. Aku hanya tak rela mamahku disakiti terus, dengan tak ada
perubahan sama sekali..
Setelah kejadian itu, aku bedoa
dan merenung, memohon petunjuk dari Allah, apa yang harus kulakukan? Apakah aku
harus eneruskan perawatan ini? Atau aku harus bawa pulang saja ke rumah?
Setelah aku berdiskusi dengan
keluarga besarku dan suamiku, akhirnya kuputuskan, aku akan tetap merawat mamah
di RS ini, tanpa obat apapun. Kuputuskan untuk menyewa ruangan ini lengkap
dengan oksigen, infus dan oerawatan dari medis. Aku ingin memberikan yang
terbaik untuk mamah. Aku hanya berharap, bilapun mamah diambil oleh Nya, mamah
tidak terlalu menderita. Kebayang kan kalau aku harus mencabut semua alat medis
yang menempel di tubuh mamah? Aku hanya punya satukeyakinan, bila telah datang
waktunya, insya allah semua alat medis yang menempel padanya akan berhenti
dengan sendirinya. Untuk merealisasikan niat dan rencanaku ini, aku harus
berkoordinasi dengan dokter Mundita, dokter yang merawat mamah esok harinya
Sabtu.
Saat itu aku hanya merenung
sambil memandang mamah. Mamahku, yang awal di rawat di RS ( saat itu di RS
Hasan Sadikin Bandung) dalam keadaan baik-baik saja. Walaupun memang
diagnosanya anemia hemolitik, tapi secara global dokter menjelaskan bahwa semua
organ tubuh mamah baik, tak ada masalah. Jantung, liver, ginjal dll semuanya
baik. Namun hari itu, jum at, suster kepala RS Majalengka bilang, bahwa fungsi
ginjal mamah menurun. Seharusnya kadar keratin yang normal adal 34 an,
sementara mamah 114. Pantesan saat itu aku punya feeling, kondisi mamah ada
yang nggak beres. Sekujur badannya bengkak-bengkak. Apalagi tangan dan
kakinya.. Ujung2 jari kakinya sampai mengkilap, seperti mau pecah. Tak sanggup
rasanya ku membayangkannya lagi. Mungkin karena ginjal mamah sudah tak
berfungsi dengan nornal, akhirnya nggak bisa menyerap obat dengan baik, apalagi
obat obat pemberian dokter adalah obat yang bagusnya. Setiap hari dokter
memberikan obat yang tidak sama untuk mamah.
Walaupun mamah tidak berbicara
dan berkomunikasi, tapi secara verbal mamah sering menunjukkan kegelisahan.
Dari bahasa tubuh yang mamah tunjukan, aku merasa, mamah sudah tak kuat lagi,
mamah tak mau lagi untuk pemberian obat-obat itu. Aku hanya ingin berteriak
keras pada semua suster dan dokter di RS, “ Kalian apakan ibuku, sehingga
semuanya jadi lebih parah? Kenapa ibuku harus ditransfusi darah disini,
sementara kalian pun tau, PMI Majalengka sudah angkat tangan? Kenapa?”.
Amsterdam, 29 januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar