Minggu, 21 September 2014

Ironisnya negeriku

Tak terasa waktuku untuk tidur di hotel telah habis. Sementara kami belum mendapat rumah yang pas di hati. Akhirnya untuk sementara kami tinggal di rumah teman yang digantikan suamiku.
Konon...perumahan tasbi ini adalah perumahan elite di Medan.
Akhirnya kami pun segera mendatangi rumah itu untuk menyimpan barang2 kami.
Setelah melewati gerbang perumahan, saat itu mataku tertuju pada seorang anak kecil yang berada di persimpangan pertama perumahan itu. Sepertinya dia menjajakan sesuatu . .Akhirnya akupun bertanya pada Pak Awal, supir yg membawa kami. Katanya anak kecil itu jualan tape.
Setiap aku lewat situ..kucermati tak setiap saat ada disitu. Namun bila suasana di sana gelap, pasti anak itu ada.
Pernah suatu waktu...saat hujan lebatt dan susana gelap, anak itu ada duduk sambil tangan sebelahnya memegang payung. Aku tak bisa turun karena sesuatu hal. Pun saat itu hujan sangat deras dan waktu telah larut...
Sampai akhirnya semalam saat aku kembali dari luar, aku melihat anak itu duduk seorang diri sambil merapikan jajanannya. Akupun segera menghentikan laju mobil kami...
Setelah mendapat tempat parkir yang nyaman, aku bergegas turun dan membawa uang secukupnya. Aku ingin membeli jajanan anak kecil itu.
Kuhampiri dia. Ku ajak dia mengobrol. Namanya Ridho, kelas 5 SD. Tempat tinggalnya di Pasar II, tak jauh dari perumahan ini. Dia bersekolah di SD Impres. Dia sekolah dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Dan dia jualan di persimpangan Tasbi ini jam 7 sampai dengan jam 10. Dia berjualan tape singkong buatan ibunya. Sebungkus tape singkong itu harganya 2.000 rupiah.
Kulihat jajanannya masih banyak.. sekitar 13 bungkus lagi..Akhirnya kubeli semua jajanannya. Karena uangku tak cukup, akhirnya kubilang padanya untuk mengikutiku. Kubayar dia dengan uang lebih. Aku sungguh tak kuasa menatap matanya yang polos. Mungkin dia sedikit heran dengan pembelinya ini..Kubilang ambil saja kembaliannya... Ku tepuk pundaknya dan rasanya aku tak sanggup lagi menahan air mataku yang nyaris jatuh..dan gemuruh pilu di hatiku...
Aku segera masuk ke dalam mobil. Dan akupun menangis..
Aku segera membayangkan wajah kedua anakku... Alhamdulillah mereka berada dalam kenikmatan dan syukur yg tak terkira... Aku membayangkan gimana kedua anakku  bila berada dlm posisi seperti Ridho itu..
Ya Allah Ya Robbi... benarkah ini negeriku??
Negeri yg kaya raya...penduduknya pun banyak yang kaya raya...tp ternyata masih ada seorang anak kecil yg terampas kemerdekaan bermainnya...dan aku yakin pasti banyak Ridho Ridho lainnya...
Hai para pemimpin negeriku... cobalah tolong buka mata hati kalian.. janganlah kalian sibuk dengan kepentingan2mu saja yg menguntungkan hidup dan kelompokmu... Terpikirkankah oleh anda semua tentang pendidikan anak2 seperti Ridho ini? Terpikirkankah oleh kalian gimana ancaman2 preman mengikuti mereka dan membahayakan jiwa dan raganya?? Terpikirkankah oleh kalian??? Aku rasa tidak...
Ya Allah Ya Robbi...
Tolong jagalah Ridho dan Ridho Ridho yang lain.. Bimbinglah dan tuntunlah mereka dengan cara Mu... karena Engkau adalah Maha Pelindung....


Medan,
Sabtu yang sendu, 20 September 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar