Pertama kami turun dari tangga pesawat di Schiphol Amsterdam Airport, tak henti aku , suamiku dan anak-anakku bertasbih, bersyukur dan bertahmid pada Mu Ya Allah.. Subhanallah.. Kami sangat bersyukur Kau telah memberi kesempatan pada kami untuk melihat keagungan ciptaan Mu di belahan benua lain. Tepat pkul 14.50 waktu Netherlands, kami mendarat di Bandara Schiphol Amsterdam. Kami menunggu bis yang menuju Hotel Novotel Amsterdam Airport , tempat kami menginap. Ya setiap 15 menit sekali or maksimal 30 menit, bis itu pasti ada. Sepanjang perjalanan di bis, kunikmati pemandangan indah di luar.Hamparan sawah yang luas, rumah-rumah yang tertata rapi dll.. Udaranya sangat bersih..Aku tak mau melewatkan kesempatan ini.. Ku foto pemandangan indah di luar sana dengan menggunakan hp ku.. Sebetulnya ada kamera, tapi malu deh sama orang sana, keliatan banget dari kampungnya he he...Kata suamiku, pemandangan indah ini belum seberapa bila dibandingkan dengan lokasi yang memiliki pemandangan yang benar benar indah.. Ah biarin deh suamiku, aku narsis sedikit he he.. Aku kan biasa menikmati macetnya Jakarta dan berjubelnya kereta.. Aku tak mau melewati momen hatiku ini.. Ya, saat aku memandang ke luar, hatikupun terasa nyaman... Tak henti ku bertasbih.. Aku malah membayangkan.. Gimana lebih indahnya rumah Allah di Mekah ya? Baru segini aja aku udah takjub banget.. Ya Allah, berilah kesempatan pada hamba dan keluarga hamba untuk bertandang ke rumah Mu . Amin...
Tak terasa, kamipun tiba di hotel yang kami tuju.. Kami segera turun dengan segudang bekal dari Indonesia.. Kami bahu-membahu menurunkan koper satu persatu.. Kalau tidak salah ada 6 koper, 2 buah tas jinjing dan 1 buah kardus besar berisi titipan makanan buat saudaraku yang juga tinggal di Netherlands ini.. Sisanya ada 4 buah kardus dititipkan di kantor suami di WTC Schiphol. Benar benar pindahan kami. Setelah merapikan semua barang di kamar hotel, kami istirahat sejenak. Lumayan untuk meluruskan kaki dan badan ini setelah belasan jam kami di pesawat. Anak anak sangat excite begitu nyampe di sini.. Mudah2 an kalian bisa enjoy ya Nak tinggal di sini... Karena hari masih siang, kami pun jalan-jalan ke Schipol Airport Plaza untuk mencari makanan/ minuman yang sesuai di lidah kami.. Maklum kami di Indonesia kemaren sama sekali tak terbersit untuk membeli segala keperluan makanan/minuman di Indonesia. Kami sibuk merawat si sulung pasca kecelakaan di tol yang lalu. Kami sibuk mencari obat2 an yang diperlukan kelak oleh kami, khususnya untuk si sulung. Alhamdulillah ternyata banyak juga yang kami cari.. Malahan kami memborong Pop mie.. Jangan tanya harganya itu Pop Mie. Karena kami beli 1 buah di sini, bisa dapet 5 buah Pop Mie di Indonesia ha ha.. Makanya aku ingat ingat selalu pesen saudaraku dan temenku yang sudah di sini... Kita jangan pernah membandingkan harga di sini dengan di Indonesia supaya kita tidak stress.. Manjur juga nasehat mereka he he.. Pokoknya kami akan menikmati hidup di Eropa ini sesuai alurnya aja.. Supaya kami happy..
Hari kedua, jum’at tanggal 20 Agustus 2010, kami melihat-lihat rumah yang akan kami tempati nanti. Semua lokasi rumah yang kami liat lokasinya di Amstelveen, sekitar / kurang lebih 10 km dari Amsterdam. Dari 5 rumah yang kami liat, kami menjatuhkan pilihan ke rumah no. 2 dan no. 4. Kami sepakat memilih no 2 karena si bungsu langsung fall in love sama itu rumah. Alasannya kenapa coba? Karena di samping rumah itu ada anak kecil sebaya dia melambaikan tangannya ke azka.. Azka langsung senang akan dapet temen baru dan bisa bermain bola... Oh lucunya kau nak alasen mu.. Dari 5 rumah ini, semua nya hampir sama, baik tata ruangannya maupun tipenya.. Begitu masuk rumah, kita langssung ketemu dapur dan ruang keluaga.. Lantai ke 2 kamar kamar tidur dan lantai 3 tempat cuci pakaian..Yang membedakan hanya lokasinya saja..
Hari ke 3, kami jalan2 ke Sail Amsterdam 2010.. Katanya sih even ini hanya 5 tahun sekali.. Sayang kan kalau dilewatkan? Alhamdulillah kami kebagian even ini.. Terima kasih ya Allah.. Berangkat dari rumah jam 9.30 pagi, terus naik bis menuju Schiphol Airport untuk naik kereta yang ke Amsterdam. Setelah kami membeli tiket kereta, kami langsung menuju jalur yang sudah ditentukan. Tak lama kami menunggu, kereta pun tiba. Tepat banget menitnya..Tidak ngaret seperti kereta di Indonesia yang sampai berjam jam he he.. Aku jadi ingat Stasiun Dukuh Atas Jakarta.. Sepanjang perjalanan di kereta, kunikmati pemandangan indah di luar sana.. Rumah rumah, apartemen apartemen, mobil mobil, sepeda sepeda dll tersusun sangat rapi.. Semuanya hampir sama.. Sepertinya kecil sekali kemungkinan kesenjangan sosialnya.. Wallahu alam bi showab...
Sesampai di Sail Amsterdam, aku melihat begitu banyak kapal kapal berada di pelabuhan. Dari kapal terkecil sp dengan yang terbesar.. Orang-orang berjalan rapi menuju pelabuhan..Kunikmatin semua yang ada di Sail Amsterdam ini.. Belum 15 menit kami menikmati pemandangan ini, tiba tiba si sulung rewel.. Katanya lapar.. Ya kamu nih gimana toh Nak, katanya mau puasa, baru jam 11 ini kok mau makan.. Emang salahku juga sih, semalem dia tidak sahur.. Dia sangat lelap tidurnya sampei tidak bangun ketika aku bangunkan untuk sahur...Memang sejak di sini, mereka hanya kuat sampei jam 6 sore.. Maklum lah di sini buka nya jam 9 malem.. Tak apalah.. Ku coba untuk mengerti.. Mudah-mudahan kelak saat kewajiban puasamu tiba, kalian sudah tidak kaget lagi ya Nak...Sudah bisa full sampai maghrib.. Akhirnya kami pun keluar dari area Sail Amsterdam untuk mencari makanan Indonesia.. Mudah mudahan segera nemu makanan deh.. Kasian kau pasti lapar banget ya Sayang..Akhirnya kamipun naik tram no. 25 sesuai dengan petunjuk temen suami. Kami pun naek tram saat datang dan membeli tiket di dalam tram. Kami pun akhirnya turun di halte ke 3.. Nggak tau deh halte apa namanya..Maklumlah kami jalan jalan dengan kepedean, tidak bawa peta. Lama kami berjalan, menyusuri jalan jalan, tak satu pun restoran Indonesia. Setelah hampir satu jam berjalan, aha akhirnya ketemu juga deh ini restoran.. Eh ternyata restoran ini tutup.. Subhanallah, disini toleransinya sangat tinggi.. Restoran restoran indonesia, mesir, arab mereka tutup karena menghormati orang yang berpuasa.. Tak lama kemudian, akhirnya kami nyampe di Rijkmuseum Amsterdam. Alhamdulillah.. kasian banget nih si sulung, pasti udah laper banget ya sayang.. Akhirnya mereka membeli hot dog dan es crem.. Sabar ya Nak, disini mah susah cari makanan indonesia. Ya mungkin ini adalah rejeki makan kalian hari ini... Tak terasa , haripun sudah sore. Kami pun segera pulang ke hotel.. Sampe hotel jam 6 sore.. Jam 6 sinar matahari masih terang benderang.. Kami berbuka di hotel dengan masakan indonesia yang kami temukan belakangan as mau pulang tadi.. Anakku memilih rendang dan telor balado.. Khusus untuk nasi, pasti ditimbang dulu.. Rupanya di sini, nasi adalah makanan mewah he he..
Malam pun semakin larut. Si sulung merengek rewel. Ruraba keningnya.. Ya Allah, badannya panas sekali, sekitar 39 derajat. Dia menangis dan menangis. Kuberi dia obat penurun panas, bekal dari Indonesia. Setelah ku beri obat panas, akhirnya dia tertidur kembali.. Pagi harinya, dia menangis lagi.. Ya Allah panasnya semakin tinggi, dan kulihat di mukanya ada bintik bintik merah kecil.. Trus badannya juga.. Ya Allah, ternyata si cantik ku kena cacar air.. Apa yang harus kulakukan Ya Allah? Aku memang membawa obat-obatan lengkap dari Indonesia, tapi aku tidak menyangka sama sekali anakku akan di beri sakit cacar air. Ku telpon saudara dan temenku di Netherlands ini yang kebetulan adalah seorang dokter dari Indonesia. Akhirnya mereka menyarankan aku untuk membeli lotion. Karena lotion yang kami cari tak ada, akhirnya suamiku membeli obat lain untuk cacar air ini.. Sepanjang hari ini anakku merengek rewel.. Esok harinya, kami minta tolong pihak hotel untuk mencarikan dokter. Akhirnya kami bikin appointment. Sepakatlah kami bertemu. Dokternya langsung yang akan ke kamar. Kutunggu sampai jam 1 siang.. E itu dokter tak datang juga.. Kutanyakan lagi ke reseptionist, minta tolong segera. Akhirnya dokter datang jam 2 siang. Alhamdulillah.. Berdasarkan observasi dokter langsung, si sulung ku posiif cacar air. Dia memberikan selembar resep. Rupanya dia hanya memberikan resep lotion. Ketika aku minta obat untuk diminum dan antiseptiknya, dia menolak. Dia bilang, nanti juga akan sembuh sendiri. Yang penting jangan dibawa keluar dulu karena anginnya sangat tidak bersahabat,harus banyak makan buah dan minum.. Dan kala kulitnya gatel banget pun, sama sekali tak boleh di garuk..Ya dokter, itu mah aku juga tau.. Maksudku, aku minta obat pengurang gatel dan panas dari dalem.. Kan kasian anakku sampai nangis dan menjerit2 kalau udah kambuh gatelnya. Katanya panas sekali serasa terbakar... Aku jadi ingat pesen saudara dan temenku di Netherlands ini. Mereka bilang, percuma manggil dokter juga, wong nggak bakalan dikasih obat kok.. Buang buang uang aja... Mereka punya pengalaman, 1, 5 bulan anaknya sakit batuk pilek tak di apa apain. Ternyata benar juga apa kata mereka.. Tapi aku kan nggak mau gelisah terus melihat si cantikku menderita tanpa berusaha terlebih dahulu. Apalagi aku disini belum punya banyak temen..Aku jadi ingat saat di Indonesia. Anakku langsung dibawa ke dokter kalau panasnya tak henti sampe 2 hari.. dan dokter pasti langsung ngasih obat, beserta antibiotiknya pula.. Di sini, dokter beda sama sekali dengan di Indonesia. Mereka tidak royal ngasih obat..Dengan hanya diliat gitu aja, kami harus merogoh kocek 70 EURO untuk dokter itu.. Tak apalah Nak yang penting kamu sembuh sayang..Dan akupun sama sekali tak rugi dengan mengeluarkan uang segitu besarnya, karena dokternya sangat baik. Dia sangat empati terhadap aku dan anakku.. Malahan bahuku ditepuk2 terus karena dia melihat segudang kerisauan di wajahku. Terima kasih banyak Dokter.. O ya ada pengalaman lucu saat dokter itu mengobservasi anakku. Awalnya komunikasi kami lancar memakai bahasa inggris. Lama kelamaan dia kesusahan juga mentranslate ke bahasa Inggris.. Kami sama sama kesulitan menyampaikan bahasa inggrisnya ha ha.. Maklumlah, aku kan bahasa inggrisnya pasif..Rupanya kalau di Netherlands ini, walaupun Bahasa Inggris adalah Bahasa kedua setelah Bahasa Belanda nya sendiri, tak semuanya bisa Bahasa Inggris. Apalagi opa omanya. Kebetulan dokter ini, sudah sepuh sekali, mungkin sekitar 80-90 tahun an. Akhirnya kami memanggil resepsionist untuk mengtranslate pembicaraan kami. Dokter ngomong bahasa belanda, aku ngomong bahasa inggris ha ha... Benar benar pengalaman yang sangat lucu.
Sepanjang hari itu aku sangat sedih.. Aku sedih karena aku tak dapat berbuat banyak menolong anakku yang kesakitan menahan gatel dan panas badannya, kecuali dengan obat penurun panas saja..Dia seharian tak mau makan.. Lidahnya sakit, tenggorokannya sakit sehingga sulit nelan dll. Sementara aku sama sekali aku nggak bisa masakin buat mereka karena kami masih nginep di hotel. Aku udah pesen semua makanan yang kau mau sayang, tapi tak satu pun kau makan.. Kau bilang nggak ada yang enak.. Sabar ya sayang.. Dia menangis dan menjerit jerit menahan sakit.. Suamiku, pulanglah.. Sudah jam 12 malem nih.. I need you... Ya, suamiku kebetulan pulang larut karena ada pekerjaan dadakan yang harus dibereskan.. Ku tulis status di FB about perasaanku ini.. Dalam statusku, aku hanya bilang kangen family, temen dan sambelku.. Tapi bukan itu sebabnya aku menulis.. Aku menulis karena aku sedih sekali dengan kondisi anakku, dimana ke 3 hal itu yang bisa membuat cepat sembuh anakku... Family dan temenku yang dapat mensupportku dan sambelku/ masakanku yang bisa bikin anakku makan. I miss u all my best friends.. Disini semuanya harus ku handle sendiri..Mungkin orang yang sekilas baca statusku menganggap aku mengeluh. Padahal insya allah aku sama sekali tidak mengeluh.. Aku hanya sangat sedih.. Bahkan saudaraku sendiri pun menyangka begitu.. Ya, kemaren aku sempat chattingan sama saudaraku di Indonesia. Maksudku aku hanya ingin bercerita tentang apa yang kurasakan, kuharap dia bisa menghiburku dan mensupportku. Eh ternyata responnya malah bikin aku semakin sedih. Aku menyesal banget udah chattingan sama engkau saudaraku kalau tau begini responmu.. Kenapa justru orang lain yang lebih empati kepadaku dan anak-anakku? Bahkan temen di Netherlands – yang nota bene baru aku kenal -?.. Biarlah kutuangkan perasaan ini lewat tulisanku ini.
Dalam sujudku, aku menangis, memohon pada Mu ya Allah... Berilah kami ketabahan.. Sembuhkanlah anakku.. Kau yang memberi sakitnya, Kau pula yang menyembuhkannya..Di ujung kesedihanku yang teramat sangat, Kau berikan kami pertolongan. Temen suami dari kantor memberikan pinjaman ricecooker beserta superbubur kesukaan anak-anakku. Dan temenku yang di sini membawa banyak makanan beserta pesenanku. Makasih banyak Pak Iswandi dan Mbak Agnes. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.. Amin.. Saat itu aku menangis.. Tak mampu menahan harunya hati ini.. Aku bagaikan mendapat setetes air di gurun yang sangat gersang. Ya Allah, aku yakin, dengan ijin dan pertolongan Mu, kami akan mampu menyelesaikan semua problem yang ada. Kau Maha Adil, Kau Maha Bijaksana.. Kau tak akan memberikan kami ujian yang tak mampu kami lalui. Berilah kami kesabaran dan ketegaran. Aku yakin, kami sekeluarga akan bisa hidup enjoy di sini.. Jangan pernah Kau tinggalkan kami Ya Allah... Dengan doa dan niat kami yang tulus, aku yakin ridhomu dan pertolongan Mu akan datang sesuai waktu Mu. Mudah mudahan kami dapat mengemban amanah ini dengan sebaik baiknya. Jadikanlah kami keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Jadikanlah semua cobaan yang menimpa kami, menjadikan kami keluarga yang tangguh, yang selalu berada dalam koridor Mu... Amin... Alhamdulillah sekarang si sulungku udah agak baekan. Makannya pun udah mulai banyak. Aku udah bisa masak ala kadarnya di hotel dengan bahan bahan kiriman temanku. Cacarnya udah sebagian kering... Semoga kau cepet sembuh ya Nak... Semoga.. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar