Terkadang aku sering terheran-heran dengan orang asli Belanda disini. Begitu mengagungkan privasikah atau emang tradisi mereka ya? Entahlah.. Ini bukan cerita pertama tentang privasi ini, tapi emang paling aneh yang pernah aku temui. Ceritanya kemaren siang , Rabu 11 Februari 2013, aku bertemu dengan tetangga depan rumahku di apotek Middenhoven . Kusebut beliau Mr. X . Kami bertetangga dengan baik. Beliau emang keluarga yang sangat ramah. Dimanapun kami bertemu, pasti kami menyempatkan sebentar untuk berbincang-bincang. Demikian halnya saat itu. Aku menyapa beliau dan saling menanyakan kabar kami dan keluarga kami masing-masing.
Rupanya dia mengambil obat buat anak perempuannya yang sedang sakit kanker payudara. Seperti biasa, dengan nada spontan aku bertanya padanya : " Bolehkah aku menjenguk anak anda?"
Dan tak kuduga, dia langsung mengangkat tangannya tanda suatu penolakan.
" Oh jangan, nggak usah..terima kasih sekali" ujarnya..
" Anak saya dalam keadaan yang sangat memprihatinkan dan dia tak mau dijenguk siapapun. Kebetulan diapun telah berpisah dengan suaminya" lanjutnya. Dan beliaupun bercerita banyak tentang putrinya itu..
" Oh ok Meneer, its ok kalau memang tidak boleh membesuk dia. Tolong sampaikan salamku untuknya. Dan semoga cepet sembuh ya.."ujarku..
Setelah mengobrol panjang , akhirnya kamipun berpisah.
Namun setelah kami berpisah, sepanjang perjalanan pulang, sambil mengayuh , aku terus berpikir..
Koq bisa ya negara ini seperti ini? Apakah emang tak memerlukan uluran tetangga ya? Apakah mereka tak tau, dengan adanya orang yang menjenguk kita kala sakit, bisa jadi mereka memberi support kepada pasien, dan bisa minta didoakan supaya cepat sembuh?.
Tapi, terlepas dari semua logika-logikaku itu, aku hanya berusaha untuk memahami budaya dan kultur mereka.. Ya ..inilah budaya, kultur dan tradisi mereka.. Tak terlalu memerlukan banyak uluran tangan tetangga.. Aku harus selalu belajar menghormati mereka beserta kultur dan budayanya ...
Benar-benar aneh ..
Amstelveen, 12 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar