Mungkin ada sebagian orang yang memilih lebih baik diam daripada berbicara. Tapi aku tidak. Aku liat situasi juga. Kapan saatnya aku harus diam atau harus berbicara. Tapi emang sih, kalau yang nggak pintar ngomong mending diam aja daripada komplain. Kuakui, kalau aku pribadi lebih baik berbicara dari hati ke hati kalau ada yang tak berkenan, baik dengan suami, saudara ataupun sahabat. Mereka yang tau aku, pasti akan mengerti kenapa aku berbicara. Tapi parahnya kalau aku komplain sama teman yang tidak tau aku. Komplainku malah ditanggapi negatif. Dia malah menjauhiku dll.. Lagian, siapa juga ya yang mau dikomplain? Oh aku.. polosnya aku.. Biasanya aku komplain karena aku sudah merasa dekat dengan dia.. Tapi karena dia tidak terima, dia malah menjauhiku.. Ya sutralah kalau begitu..EGP.. Yang penting dia tau kalau aku tidak nyaman bila dia berkelakuan begitu.. Syukur dia ngerti.. nggak ngerti, ya udah lah.. Lebih baik aku mengucapkan di depan orangnya kan daripada ngedumel di belakangnya..
Apakah harus berteriak juga sama rumput yang bergoyang? Nggak kan?
Karena pengalamanku itu, akhirnya aku pun belajar untuk diam.. Tak banyak ngomong, seperlunya dan sewajarnya.. Ehh ternyata salah juga.. aku disangka sombong lah, berubah lah dll.. Duuhh.. jadi bingung aku.. Diamku malah memperparah suasana.. Apakah emang demikian ya kalau bergaul? Tapi menurutku, diam itu tak selamyanya emas.. Diam itu bisa juga bumerang.. Orang tidak tau kan apa yang kita rasa? Ya udah lah sekarang mah mending liat2 temennya juga.. Kalau emang dia legowo, dia akan menerima komplainku.. Tapi kalau dia orang cupet, dia malah ngedmel dibelakangku.. Biarin aja ah... Yang jelas, aku berteman dengan mereka sangat tulus.. Tolong hargai aku sebagai pribadi.. Akupun punya privasi.. Tak suka bila terlalu diobok2 masalahku.. Kalaupun ada yang mau disampaikan , sampaikanlah dengan baik..
Amstelveen, 20 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar